Keterkaitan perubahan zaman dengan pola pandangan hidup orang Indonesia

Keterkaitan perubahan zaman dengan pola pandangan hidup orang Indonesia, apa pula maksudnya ini. Sebuah uneg-uneg. Sahabat beberapa pekan ini termasuk pekan yang melelahkan bagi saya. Baik dalam bekerja dan bermasayarakat. Sudah pasti dalam bekerja kita harus dituntut profesional dan bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dalam kesempatan ini masalah pekerjaan tidak saya ungkapkan lebih jauh. Soalnya setiap orang yang bekerja mempunyai satu problem yang harus dilalui dengan iklas yaitu menerima pekerjaan itu, meskipun kita bosan dengan rutinitas dan pekerjaan yang semakin menggunung. Karena kebutuhan sehari-hari bagi orang yang berkeluarga wajib untuk dipenuhi.

Dalam bermasyarakat, sangat mungkin setiap interaksi dengan orang lain akan terjadi gesekan, walaupun interaksi tersebut kita mulai dengan manis.

Ada beberapa pengalaman yang ingin saya sampaikan:

  • hubungan klien (Arsitek dengan Klien) semoga pengalaman saya ini bermanfaat bagi temen-temen arsitek yang baru menginjak dunia nyata (welcome to jungle).
  • ketika seseorang datang pada kita untuk mendesignkan rumahnya, apa yang ada dalam benak kita, pasti proyek baru, ujung-ujung duit alias tambahan modal bagi kita.
  • ketika seseorang datang pada kita untuk minta tolong untuk hal-hal yang berbau sosial, apa yang ada dalam benak kita? bisa senang bisa menolak. Tetapi pada beberapa kasus lebih cenderung menolak secara halus, alasannya tidak ada uang.
  • ketika seseorang datang pada kita untuk minta tolong dibuatkan design, apa yagn ada dalam benak kita? Ini yang menjadi tanda tanya besar. Dalam arti bahwa meminta identik tidak membayar wong minta kok.
  • ketika seseorang dataqng kepada kita untuk minta tolong dibuatkan design dengan iming-iming angin surga(diberi proyek yang lebih besar misalnya) apa yang ada dalam benak kita. Bisa-bisa kita terbuai dalam mimpi, ketika bangun dari atas pasti rasanya sakit.
  • Beberapa ilustrasi di atas bisa saja antara yang satu dengan yang lainnya berkumpul jadi satu, tergantung dari interaksi antara arsitek dengan klien.
Lebih lanjut ilustrasi di bawah ini bisa dijadikan contoh:
  • ketika seorang klien membayar kita untuk mendesignkan rumahnya bagaimana kita menempatkan hubungan antara kita dengan klien, hubungan klien dengan arsitek? ato malah hubungan majikan dengan pembantu? ato milih hubungan antara raja dengan abdi?
  • sama dengan atas ketika seorang klien datang minta tolong untuk pekerjaan sosial bagaimana kita menempatkan hubungan antara kita dengan klien, hubungan klien dengan arsitek? ato malah hubungan majikan dengan pembantu? ato milih hubungan antara raja dengan abdi?
  • sama juga dengan atas ketika seseorang datang pada kita untuk minta tolong dibuatkan design bagaimana kita menempatkan hubungan antara kita dengan klien, hubungan klien dengan arsitek? ato malah hubungan majikan dengan pembantu? ato milih hubungan antara raja dengan abdi?
  • idem dengan atas ketika seseorang datang kepada kita untuk minta tolong dibuatkan design dengan iming-iming angin surga(diberi proyek yang lebih besar misalnya) bagaimana kita menempatkan hubungan antara kita dengan klien, hubungan klien dengan arsitek? ato malah hubungan majikan dengan pembantu? ato milih hubungan antara raja dengan abdi?

Dari beberapa hal tersebut diatas sangat mungkin bagi arsitek pemula akan terjatuh dalam hubungan antara majikan dan pembantu. Jadi secara tidak sadar kita menjadi pembantu bagi klien kita, sehingga akan lebih mudah terjerumus dalam pengemplangan (tidak membayar) klien.

  • Ada kata-kata bijak, hati-hati dengan orang bermulut manis
  • ada kata-kata bijak juga, hati-hati dengan orang yang mudah mengambil haknya orang lain
  • ada juga orang bijak bilang, hati-hati dengan orang yang mengampangkan permasalahan
  • dll, contoh tiga saja biar ndak mumet

dari ketika perumpamaan tersebut saya sangat yakin kita sudah biasa mendengar bahkan mungkin sudah dalam tahap yakin....tapi apakah faham..? Saya yakin tidak semuanya faham. Karena untuk faham harus melalui tahap yakin dan pernah bertemu/mengalami/beriteraksi/berurusan/bargaul dengan yang namanya perumpamaan tersebut.

Dalam berbisnis/bekerja kita sudah sering bahkan terbiasa dengan angka2, bilangan2, kontrak kerja, kesepakatan, deal-deal, dll. Kita sudah sangat yakin bahwa kontrak kerja merupakan hal yang paling penting dalam memulai dan menyelesaikan pekerjaan. Dengan kontrak kita lebih yakin dalam bekerja soalnya segala hal mengenai pekerjaan tentang hak dan kewajiban owner/konsultan/kontaktor dirinci disitu termasuk bila terjadi perselisihan.

Semoga bermanfaat

Mojokerto, 29 Maret 2009 
Mokhammad Soni

baca juga:
1. rumah tradisional edisi 1
2. rumah tradisional edisi 2
3. cara mengecat dinding dengan cepat dan efisien
4. mencegah retak pada dinding expos
5. bekisting dan cetakan beton
6. problem pada semen bleeding
7. cara mengecat dinding dengan sempurna
8. design rumah yang islami


Jangan lupa subcribe dan tinggalkan pesan..

Comments

Popular Posts