Kajian lanjutan Makna Titik di bawah Huruf Baa'
Dibaca
pelan-pelan diresapi dan dipahami……..
Kanjeng
Nabi Muhammad
SAW bersabda
“Setiap
kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah SWT
diturunkan, semuanya ada di dalam Al-Qur'an, dan
seluruh kandungan Al-Qur'an ada di dalam Al-Fatihah, dan
semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam
Bismillaahirrahmaanirrahiim”.
Bahkan
dalam hadits lain disebut,"Setiap
kandungan yang ada dalam Bismillaahirrahmaanirrahiim ada di dalam
huruf Baa', dan setiap yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam
titik yang berada dibawah Baa’'".
Sebagian
para Ulama
menegaskan dalam
perspektif orang yang ma'rifat kepada Allah SWT,
bismillaahirrahmaanirrahim
kedudukannya sama dengan "kun" dari Allah SWT”.
Perlu
diketahui pembahasan tentang
Bismillahirrahmaanirrahiim bisa
ditinjau dari berbagai segi:
1.
gramatikal (Nahwu dan sharaf)
2.
bahasa
(etimologis ),
Disamping
tinjauan
dari segi
materi
huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta
keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka
Al-Qur'an, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam
huruf Baa', manfaat juga
rahasianya.
Dari
beberapa hal tersebut diatas maka tinjauan
lebih pada esensi atau hakikat-Nya,
Pembahasan
tentang
titik dibawah baa’
akan saling berhubungan satu sama lainnya, karena seluruh tujuan dari
tinjauan ini
adalah Ma’rifat kepada Allah SWT.
Kita
menuju TKP, perlu diketahui
bahwa “titik”
yang berada dibawah huruf Baa' adalah awal mula setiap surat dan
Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik,
dan sudah semestinya setiap Surat ada huruf yang menjadi awalnya,
sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf.
Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal
dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.
Keterangan
lebih lanjut
bahwa
Baa' dalam setiap surat itu sendiri sebagai keharusan adanya bacaan
basmalah
pada
setiap surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah diawali
dengan huruf
Baa’. Sehingga
dalam frame
inilah setiap surat dalam Al-Qur'an mesti diawali dengan Baa' sesuai
dengan
hadits di atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur'an ada dalam surah
Al-Fatihah, terangkum
dalam Basmalah, dan terangkum
lagi dalam Huruf Baa', akhirnya berujung
pada
titik.
Sebagai contoh huruf Taa' dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’, maka yang Anda baca tidak lain adalah titik itu sendiri. Sebab Taa' bertitik dua, dan Tsaa' bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.
Maka
kita
akan dapat
mengenal-Nya dari makhluk karena
sesungguhnya
kita
mengenal-Nya dari Allah SWT.
Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya,
sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya,
seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada titik
tersebut. Karena huruf tersusun dari titik-titik, maka
huruf
Alif lebih mulia dibanding Baa', karena Titiknya justru menampakkan
diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa' itu sendiri tidak tampak
(Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Baa' tidak akan tampak,
kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan.
Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan
dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan
itu sendiri mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang
memisahkan antara huruf dengan titiknya.
Anda
masih ingat ketika Nabi saw. diisra'kan dengan jasadnya ke Arasy yang
merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, walaupun
huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif
merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan
substansinya huruf
Alif
tetap
memiliki
nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik
tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala
disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang.
Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman.
Sedangkan
huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada
kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga
memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya,
ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya
yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf
selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang.
Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak
punya bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak
bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi
dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua
huruf.
Diantara
huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya
Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi "Aku
tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana".
Diantara
huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih
dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada
tahap, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya."
Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu
selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati
tahap, "Aku tidak melihat sesuatu" sementara Titik putih
menemptai "Kecuali aku melihat Allah di dalamnya."
Alif
menempati posisi "Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat
kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah."
Kalimat "sesungguhnya" menempati posisi arti "Tidak",
dengan uraian "Sesungguhnya orang-orang berbaiat" kepadamu
tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali
berbaiat kepada Allah."
Menurut
Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil
Karim" menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti
Asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yang menunjukkan
keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah
Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendirimenunjukkan arah-Nya,
sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.
Allah
itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi
Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian
penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian
"Tidak membuat penyifatan".
"Ar-
Rahman" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan
keparipurnaan secara universal. menurut relevansi hikmah . dan
relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.
"Ar-Rahiim"
adalah yang melimpah bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi
manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya. Karena itu sering .
disebutkan, "Wahai Yang Muha Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan
Maha Rahim bagi akhirat".
Artinya,
adalah proyeksi kemanusiaan yang sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik
secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat
Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda, "Aku
diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak (menuju) paripurna akhlak".
Disebutkan,
bahwa Wujud ini muncul dari huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’
tersebut mengiringi huruf Alif yang tersembunyi, yang sesungguhnya
adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang
merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah, yang disebutkan melalui
firman-Nya, "Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai
dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan denganmu Aku memberi.
denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku
menyiksa". (Al-hadits ).
Huruf-huruf
yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera
dalam tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila kalimat-kalimat menjadi
terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.
Delapan
belas huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasikannya
dengan jumlahnya. 18 ribu alam . Karena huruf Alif merupakan hitungan
sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah. Alif merupakan induk
dari seluruh strata yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif. Karena
itu dimengerti sebagai induk dari segala induk alam yang disebut
sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh Langit., dan
empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam
bagian-bagian tersendiri.
Sedangkan
makna sembilan belas, menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau
pun masuk kategori alam hewani, namun alam insani itu menurut
konotasi kemuliaan dan universalitasnya atas seluruh alam dalam
bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki ragam jenis yang
prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para
Malaikat.Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap
dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan perunjuk pada
Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af 'aal.
Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai
dari hakikatnya.
Sementara
tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam
tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.
Dan
dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal
Alif yang melekat pada Baa', "dari mana hilangnya Alif itu?"
Maka Rasulullah saw, menjawab, "Dicuri oleh Syetan".
Diharuskannya
memanjangkan huruf Baa'nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti
dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian Ketuhanannya predikat
Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan
penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa dikenal kecuali
oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan, "Manusia
diciptakan menurut gambaran Nya".
Dzat
sendiri tersembunyikan oleh Sifat, dan Sifat tersembunyikan oleh
Af'aal. Af'aal tersembunyikan oleh jagad-jagad dan makhluk.
Oleh
sebab itu, siapa pun yang meraih Tajallinya Af'aal Allah dengan
sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan tawakkal. Sedangkan siapa
yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai Af'aal, ia akan
Ridha dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan
terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka ia pun akan
meraih Penyatuan Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca
tapi tidak membaca "Bismillahirrahmaanirrahiim".
Tauhidnya
af'aal mendahului tauhidnya Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya
Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya,
"Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksaMu, Aku
berlindung dengan RidhaMu dari amarah dendamMu, Aku berlindung
denganMu dari diriMu".
Mokhammad
Soni
Comments